Sudah lama saya tidak menulis pada blog. Kali ini ide menulis ini muncul karena musim panas di Korea Selatan telah tiba. Situasi iklim seperti ini hampir sama dengan Indonesia. Namun, tiba-tiba terlintas di setiap jalan bahwa banyak pemandangan yang berubah.
Kemanakah areal ski tempat saya bermain tempo hari ? Mengapa toko-toko pakaian mengubah produk mereka ? Restoran-pun menawarkan produk yang menyesuaikan dengan suasana di musim panas, yaitu mie dingin. Gerai-gerai di daerah pertokoan mulai melakukan promosi dengan cara yang berbeda dengan musim dingin.
Salah satu kreativitas muncul karena situasi. Benarkah pernyataan saya ini ?
Di satu sisi, faktor 4 musim ini dapat dikatakan sebagai pemicu kreativitas. Mari kita lihat negara-negara 4 musim yang lainnya pula. Mereka juga memiliki pemikiran yang sama tentang konsep "survival". Dengan adanya 4 musim, mau tidak mau negara perlu bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dengan musim yang berbeda.
Sebagai contoh. Di musim panas ini, ada 1 bulan khusus yang dominan dengan curah hujan tinggi. Pemerintah Korea Selatan mulai bersiap melakukan antisipasi banjir, badai akibat hujan dan hal-hal yang mungkin terjadi selama hujan turun. Jembatan yang terletak di bawah permukaan air dibuat untuk mengatasi kemacetan kota. Jembatan ini tidak boleh dipergunakan apabila curah hujan tinggi, dikarenakan ada kemungkinan air akan menggenang setinggi permukaan air pada sungai di daerah tersebut. Oleh karena itu, jembatan ini cukup efektif ketika musim dingin tiba, tetapi kurang maksimal penggunaannya ketika musim hujan tiba.
Begitu pula dengan kapasitas listrik. Lonjakan tegangan listrik akan terjadi pada saat musim dingin, dimana semua orang ingin membuat suhu sekitarnya sama dengan suhu kamar. Tak pelik, semua rumah akan menggunakan sistem pemanas ondol dengan menggunakan filamen elektrik atau pipa yang mengalirkan air panas yang dapat mengefisienkan penggunaan gas ataupun supply listrik karena mayoritas apartemen menggunakan solar heat system. Air adalah resource yang mudah didapat karena Korea adalah negara peninsula. Di saat musim panas, tentunya sistem ini tidak akan berfungsi maksimal karena mayoritas akan menggunakan sistem pendingin.
Begitu pula para pemilik gerai pakaian, restoran, dan kebutuhan sehari-hari. Mereka harus mengubah layout, mengubah produk, mengubah layanan untuk bisa "survive" di musim yang berbeda. Lahan ski berubah menjadi lahan golf. Gerai pakaian musim dingin menjadi gerai pakaian musim panas. Restoran yang menyediakan makanan hangat tiba2 menyediakan makanan dingin. Restoran umum juga menyajikan menu es campur ataupun es buah. Di kala musim dingin, mereka akan menyajikan berbagai macam teh dengan sajian hangat. Benar2 harus bisa menyesuaikan kondisi dan keadaan.
Bagaimana dengan negara kita ? Musim yang terjadi hanya musim kemarau dan penghujan. Dan, semuanya memiliki hawa yang sama .. yaitu PANAS. Hanya ada musim2 yang sepertinya mengikuti pola hidup, seperti musim sekolah, musim lebaran, dsb. yang dimana pola tersebut juga dimiliki oleh negara2 lain. Tetapi, kreativitas tersebut masih kurang dibandingkan negara 4 musim yang harus beradaptasi dengan situasi yang berlawanan dengan tubuh kita.
Tak dipungkiri, negara 4 musim memiliki berbagai macam hal yang tak dimiliki negara tropis. Dan, kita sebagai masyarakat negara tropis perlu belajar bagaimana kreativitas muncul karena situasi. Begitu pula, pada saat2 ini pun muncul banyak kreativitas dikarenakan krisis moneter dunia, kondisi perekonomian negara, dsb. Situasi yang mendesak membuat kita berpikir kreatif. Sepertinya, pernyataan ini bisa dikatakan mengandung sebuah nilai kebenaran secara umum.
Personal Branding
11 years ago
1 comment:
setuju sekali pak bernardo.. tapi menurut saya culture pekerja keras dan tingkat stress yang tinggi di korea juga sangat berperan dalam kreativitas orang korea dan hal ini berdampak akan pesatnya kemajuan korea sekarang ini. Setelah Jepang, China mungkin korea negara asia selanjutnya yang akan mengagetkan dunia. ^^
Post a Comment