Di tengah dunia yang sedang memiliki berbagai varian produk, jasa, dsb., maka kita sedang diperhadapkan pada keberagaman. Keberagaman akan sesuatu menciptakan slogan umum di masyarakat.. Berbeda itu Indah.
Ketika kita melihat kumpulan warna pelangi (me-ji-ku-hi-bi-ni-u), warna tersebut terlihat indah sekali. Ketika kumpulan warna tersebut dilukiskan pada sebuah lingkaran dan diputar dengan kecepatan cepat, maka terlihatlah sebuah warna putih. Sebuah penemuan sederhana yang cukup memukau dan membuat penasaran para kaum ilmuwan mengenai perpaduan warna tersebut, yang pada akhirnya juga kembali pada sebuah warna dasar dan konsisten ketika kita melakukan sebuah proses.
Hari ini saya membaca sebuah artikel berjudul "Konsisten dengan Plontos". Ada sebuah hal khusus dengan kata-kata itu. Kemarin, saya dan istri bersama seorang teman menonton televisi Indonesia via internet. Maklum, udah hampir 3 tahun di LN, saya kaget ketika istri saya nyeplos ketika melihat salah satu iklan di TV swasta Indonesia. Ternyata, kata-kata dalam iklan tersebut tidak berubah sama sekali. Yang berbeda hanyalah cara penyajian iklan dan tampilan warna serta desain kemasan produk.
Ketika membaca artikel dengan judul diatas, saya jadi teringat dengan iklan yang dimaksud istri saya. Konsistensinya membuat nama produk itu tetap diingat. Saya yakin, banyak pemirsa juga bisa mengingat kata2 iklan, lagu, atau bahkan model khusus yang memang dipakai oleh produk atau jasa tersebut secara konsisten. Ambillah contoh produk susu kemasan (seperti Ovaltine, Milo) yang selalu identik dengan olahraga.
Ternyata, konsistensi tidaklah selalu buruk. Ketika slogan "berbeda itu indah", saya juga cenderung mengatakan "seragam itu pun indah". Ada indikasi-indikasi tertentu ketika seseorang berspekulasi mengatakan "berbeda itu indah" berkaitan dengan keinginan individu yang berbeda dengan selera pada umumnya. Dan, varian yang muncul akibat perbedaan inilah yang bisa membuat semangat persatuan menjadi luntur.
Dunia industri telah menunjukkan adanya perubahan dari "mass production" menjadi "customization". Hal ini mengubah kultur konsumen menjadi lebih fleksibel bahkan menjadi individualistis dengan kaitan seni dan persepsi rasa suka secara pribadi tanpa melihat unsur global yang lebih general. Ambil contoh, mobil yang diproduksi secara massal dapat dipermak menjadi spesifik dengan modifikasi di salon mobil (ganti bemper, tempel stiker, tambah audio, dll.) dan kemudian digunakan di jalanan umum sambil memasang lagu keras-keras dengan menggunakan lampu berwarna biru. Keberbedaan yang mencolok justru menunjukkan keegoisan, bukan ?
Oleh karena itu, kita perlu aware dengan istilah di atas. Berbeda itu indah dalam hal-hal tertentu. Tetapi, ketika kita ditempa dalam sebuah masyarakat, ada baiknya kita memiliki standard konsistensi untuk mengetahui standard kebenaran, standard kepuasan, standard ketepatan dalam segala lini kehidupan kita.
Personal Branding
11 years ago
No comments:
Post a Comment