Wednesday, April 7, 2010

Obyektivitas vs. Subyektivitas

Manusia, pada dasarnya, adalah sosok yang subjektif. Meskipun kita mengatakan bahwa kita sudah berusaha objektif, tapi unsur subjektivitas dalam diri kita melekat karena situasi lingkungan dimana kita dibesarkan, dimana kita tinggal, dimana kita selalu memiliki pengaruh dan dipengaruhi.

Suatu hari, saya bertemu dengan seorang Korea yang tidak makan daging. Muncul pertanyaan dari saya pribadi "Apakah kepercayaan Anda sehingga anda tidak makan daging?". Persepsi yang terbentuk sejak saya kecil, tidak makan daging adalah identik dengan kepercayaan tertentu. Namun, ternyata saya keliru.

Dia menjawab "Saya tidak makan daging karena (1). ingin turut merasakan kesedihan saudara2 di bagian negara lain yang tidak bisa makan daging. (2). konsumsi daging di Korea telah berlebihan. Hal ini menyebabkan kenaikan potensi penyakit (baik yang ditularkan melalui hewan atau penyakit akibat berlebihan makan daging)."

Saya benar2 terkejut mendengar pernyataan beliau. Ternyata, beliau lebih memilih makan sayur (atau selain daging) dengan alasan yang benar2 di luar dugaan saya. Dan, saya mulai menyadari, bahwa saya masih perlu banyak belajar perihal obyektivitas.

Semoga cerita ini juga memberi pandangan baru bagi para pembaca.