Friday, September 26, 2008

Siapa yang menjadi polisi-nya polisi ?

Sebuah berita di Korea Times hari ini membuat saya tertawa geli. Judul artikelnya adalah "Buckle up, or not". Berita ini mendeskripsikan bagaimana ketatnya peraturan mengenai pemakaian sabuk pengaman dan pelarangan penggunaan HP selama mengemudi pada kendaraan bermotor roda 4 atau lebih. Setiap pengendara yang tidak mengenakan sabuk pengaman, akan dikenakan dengan 30.000 won (setara Rp. 300.000). Sedangkan, pengendara yang ditemukan menggunakan HP pada saat mengemudi, akan dikenakan denda 60.000 won (setara Rp. 600.000).

Jumlah uang tersebut tentunya tidak sedikit bagi orang Korea (dan juga bagi orang Indonesia tentunya). Berdasarkan data dari Kepolisian Nasional setempat, untuk pelanggaran sabuk pengaman tahun 2006 sejumlah 834.000 pengemudi terkena denda sejumlah 25 milliar won, tahun 2007 sejumlah 1 juta pengemudi terkena denda sebesar 31 milliar won dan di tujuh bulan pertama di tahun 2008, terdapat 550.000 orang yang telah ditilang dan terkena total denda 16 milliar won.
Begitu pula jumlah orang yang terkena denda akibat menggunakan HP saat mengemudi. Jumlahnya meningkat pesat dari tahun ke tahun - 3.6 millar won dari 60.000 pengemudi di tahun 2006, 5.5 miliar won dari 90.000 pengemudi di tahun 2007 dan 3.9 miliar won dari 65.000 pengemudi hingga Juli 2008.

Tentunya jumlah ini tidak sedikit, bukan ?
Pada suatu hari, seorang anak kecil yang sedang berjalan-jalan dengan ayahnya melihat sebuah mobil polisi lewat. Dan, ia bertanya kepada ayahnya "Apabila si polisi tidak mengenakan sabuk pengaman, siapa yang bakal menilang mereka yah ?".....

Sebuah pertanyaan bagus yang tentunya susah dijawab oleh semua kita. Siapa yang menjadi polisi'nya polisi ? Ketika polisi di Korea Selatan diwawancarai, mereka memiliki alasan mengapa mereka tidak mengenakan sabuk pengaman. Dan, mengapa mereka perlu menggunakan HP ketika mengemudi.
Seragam dinas mereka dilengkapi dengan tongkat dan pistol, yang tentunya cukup tidak nyaman ketika sabuk pengaman diikatkan. Dan, mobilitas polisi harus cepat serta tanggap, sehingga penggunaan HP oleh polisi masih dilegalkan.

Nah.. kalau udah begini.... Peraturannya yang salah, atau oknumnya yang seenaknya sendiri ?

Ketika kita memiliki kuasa (seperti polisi yang bisa mendenda karena sebuah pelanggaran), bisa jadi kita juga adalah pelanggar dari sebuah peraturan (seperti polisi yang tidak mau pakai sabuk pengaman). Ketika kita memiliki kuasa, kita harus hidup seperti orang arif dan bijaksana. Itulah kenapa manusia susah untuk hidup berintegritas. Karena, ketika kita hidup sendiri, kita merasa tidak ada seorang pun yang menjadi polisi kita dan kita memiliki kehendak bebas yang membuat kita bisa melakukan apapun semau gue.

Di atas langit masih ada langit. Artinya, di atas polisi masih ada polisi yang lain.. nah lo.... di atas manusia, masih ada PenciptaNya. Benar bukan ? Oleh karena itu, kita tidak perlu memusingkan sikap polisi yang tersebut diatas. Yang penting.. evaluasi diri kita untuk tidak menjadi orang munafik seperti mereka. :)

PS : Cerita di atas adalah cerita polisi di Korea Selatan, bukan di Indonesia kok....

Friday, September 19, 2008

Jangan pernah merasa sia-sia

Pada saat saya presentasi sebuah paper di depan professor, tiba-tiba timbul pertanyaan besar dalam diri saya. Apakah topik yang saya presentasikan ini benar-benar topik yang saya inginkan untuk penelitian ? Apakah topik ini memang bagus untuk masa depan ?

Pertanyaan dalam diri saya tersebut disambung dengan pertanyaan dari professor ketika saya menyelesaikan presentasi saya. Kaget juga, karena dia mengatakan "Sudah terlalu lama kita belajar topik ini, tetapi saya tidak menemukan hal yang menarik untuk penelitian. Sepertinya, kita harus mencari topik lain untuk diteliti."

Seketika itu juga, saya terkejut. Apakah yang saya pelajari adalah hal yang sia-sia ? Apakah selama ini saya kurang berusaha ? Apakah selama ini saya main-main dalam belajar ? Sampai-sampai professor mengatakan hal demikian ?

Aaaa.. itu hanya perasaan saya saja. Dan, ternyata benar. Setelah itu, professor memberi ide baru untuk bisa menjadi acuan penelitian yang baru berdasarkan topik yang lama. Saya merasa lega, tetapi juga sedikit bertanya-tanya dalam hati. Apakah professor memberi ide hanya untuk menyenangkan saya, atau sebenarnya memang topik ini tidak bisa dikembangkan ?

Setelah presentasi, saya merenungkan hasil seminar tersebut. Hampir saja saya terlena dengan pertanyaan professor seputar penggantian topik penelitian. Dan, saya hampir merasa bahwa semua yang telah saya pelajari adalah sia-sia. Tetapi, ketika saya membaca ide dari professor, saya merasa ada sebuah peluang baru.. ada kemungkinan baru untuk dipelajari. Oleh karena itu, semangat berjuang sekarang muncul kembali.

Dan, setelah mencari beberapa bahan lainnya, saya merasa bahwa topik yang saya pelajari bisa menjadi dasar penelitian baru. Artinya apa ?....
Apa yang telah saya pelajari adalah bukan hal yang sia-sia. Saya percaya bahwa tidak ada yang sia-sia ketika kita berusaha sungguh-sungguh dan benar2 mempertimbangkan apa yang akan terjadi di masa depan. Yang perlu diperhatikan lebih dalam adalah bagaimana kita mengolah hari ini untuk menemukan hari esok yang lebih baik. Ketika kita salah melangkah, maka kita bisa berpikir bahwa apa yang kita lakukan adalah sia-sia.

Mulailah hari ini dengan melihat keindahan alam semesta yang diciptakan Tuhan. Tuhan tidak akan memberikan hal yang jelek pada umatNya. Hanya keindahan semata yang selalu diberikan kepada kita. Oleh karena itu, kita tidak akan melihat hal yang sia-sia apabila kita menyertakan Tuhan dalam keseharian hidup kita.

Tuesday, September 16, 2008

Melihat kemungkinan

Pernahkah anda putus asa ? Pernahkah anda merasa anda tidak bisa melakukan sesuatu lagi untuk sebuah masalah ? Pernahkan anda merasa tidak ada lagi jalan keluar buat masalah anda ?

Setiap orang di dunia ini pasti pernah mencapai titik keputus-asaan tersebut. Tetapi, tidak semua orang mencapai titik itu dan menyerah. Tidak semua orang mencapai titik itu dan kemudian bunuh diri. Ada sebagian orang yang menyerah dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup.

Mari kita telaah bagaimana seorang Superman yang dilahirkan memiliki kekuatan luar biasa dan selalu menempas kejahatan di dunia. Ketika kesulitan menghadang, apakah dia langsung putus asa ? Tentu tidak, karena dia adalah superman. Apa yang akan dikatakan orang kalau Superman saja putus asa ? Apa yang akan digunjingkan orang kalau orang sekuat Superman akhirnya menyerah ?

Di dalam setiap kehidupan manusia memiliki kekuatan luar biasa tersebut. Tuhan tidak menciptakan manusia biasa-biasa saja. Tetapi Tuhan menciptakan manusia seGambar dan seRupa dengan Allah. Bukankah itu adalah hal yang luar biasa buat kita umat manusia ?

Kalau kita adalah Gambar dan Rupa Allah, bukankah kita ini memiliki "kekuatan yang luar biasa" ? Kita, mahluk ciptaanNya, memiliki karakter Allah, yang selalu disebut dengan Maha Esa, Maha Kasih, Maha Penyayang, Maha Kuasa, Maha Tahu, dsb. Tentunya, karakter Allah itu akan muncul di dalam diri kita sebagai umat ciptaanNya.

Superman tidak mudah putus asa karena melihat potensi dirinya yang luar biasa untuk bisa mengatasi berbagai masalah. Kita, mahluk ciptaan Tuhan, juga sama dengan superman, yang diciptakan luar biasa oleh Pencipta kita. Tentunya, kita bisa menjadi sama dengan superman, yang tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah, bukan ?

Bagaimana caranya untuk bisa mencari jalan keluar bagi sebuah masalah yang buntu, masalah yang tidak kunjung berakhir, masalah yang terus menghantui dan tidak ada ujung pangkalnya ?
Salah satu caranya adalah mencari kemungkinan.

Yup, mencari kemungkinan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan seorang pemimpin untuk bisa lolos dari jerat masalah. Ketika kita terlena dengan masalah, seringkali kita terlena untuk tidak mencari kemungkinan. Kita merasa orang yang paling susah, orang yang paling menderita. Tetapi, kita lupa bahwa kita masih dimampukan oleh Tuhan untuk berpikir (karena hanya manusia yang memiliki akal budi dan hati nurani) untuk mencari kemungkinan.

Kenapa orang cacat dari kecil masih bisa hidup hingga saat ini ? Kenapa banyak orang miskin atau terbuang dari muda, masih bisa hidup hingga saat ini ? Salah satu alasannya adalah karena orang tersebut melihat adanya kemungkinan untuk hidup. Terlepas apakah itu kemungkinan yang positif atau negatif, tetapi "MELIHAT KEMUNGKINAN" adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan manusia untuk bisa bertahan dalam masalah.

Sudahkah kita melihat kemungkinan ketika kita putus asa ? Carilah maka Engkau akan mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan, Mintalah maka semua itu akan diberikan kepadaMu. Amen.

Friday, September 12, 2008

Ayo Maju

Manakah yang lebih mudah, menghadapi masalah atau melarikan diri dari masalah ?

Yang pasti, tidak ada orang yang mau terus berada dalam masalah. Harus ada pilihan yang diambil, mau menghadapinya atau mau menghindarinya.

Negara-negara maju berhasil menjadi yang terdepan dalam hal ekonomi dan teknologi tidak lain tidak bukan adalah karena berani menghadapi masalah. Seberapa berani menghadapi masalah, seberapa besar masalah yang dapat dipecahkan, itu menjadi tolok ukur keberhasilan negara-negara saat ini yang mendapat predikat sebagai negara maju.

Tetap tinggal dalam sebuah permasalahan tidak akan membuat kita menjadi maju. Bahkan, menghindarkan diri dari masalah merupakan sebuah tindakan yang membuat kita justru terbelakang. Mengapa Indonesia masih belum bisa keluar dari kubangan permasalahan internal negara sendiri ? Karena mayoritas dari masyarakat di dalamnya cenderung melarikan diri dari masalah ketimbang menghadapi dan menyelesaikannya.

Ambil contoh, dari SD kita mengenal negara Indonesia sebagai negara agraris. Tanah yang luas merupakan salah satu potensi / keunggulan yang dapat dikembangkan untuk kemajuan negara. Tetapi, justru 2.894 dari 9.019 kursi kosong di 47 perguruan tinggi negeri adalah program studi pertanian dan peternakan (sumber : KOMPAS). Sumber daya agraris yang begitu melimpah akhirnya harus menjadi lahan yang siap dibangun dengan gedung, atau menjadi lahan komersial yang dijualbelikan untuk mendapat uang besar tanpa melihat masa depan. Pemerintah tidak melihat kenaikan angka ini sebagai sebuah potensi kemunduran, tetapi justru hanya melihat angka-angka bombastis angkatan kerja yang sudah mendapat pekerjaan, jumlah orang miskin yang berkurang, jumlah buta huruf yang berkurang, dsb. Nah, boro-boro negara Korea yang tidak punya lahan banyak (yang sebagian besar dikuasai oleh gunung) justru bisa menciptakan swasembada pangan.) Bisa jadi, mereka tidak melihat adanya masalah dari sini, sehingga ada pembelaan diri bahwa ini bukan termasuk melarikan diri dari masalah.. tapi lebih ke masalah TIDAK MAU TAHU masalahnya.

Justru masalah yang selalu terjadi di dunia politik menjadi isu yang cukup santer dan diperjuangkan oleh semua pihak. Para calon yang memasuki rana pilkada tahu dan siap menghadapi masalah. Ketika kekalahan muncul, tidaklah sedikit gugatan tentang adanya kekeliruan dalam Pilkada (hampir semua daerah .... hingga yang terkini .. yaitu Sumsel), justru terus diisukan tanpa melihat kepentingan negara yang lebih besar. Apakah artinya Pancasila dari sila ke 3 butir ke 1 ?
" Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. "

Cukup susah membedakan mana masalah yang perlu dihadapi dan mana masalah yang perlu dihindari. Tetapi, saya belajar dalam minggu ini untuk bisa menemukan ide baru dari masalah yang juga tidak jelas. Professor meminta untuk mencari masalah yang timbul di bidang logistik. Tetapi, mau mencari masalah apa ? masalah yang dimana ? terus... kalau sudah ketemu masalahnya, harus mencari solusinya. Nah... bagaimana bisa menemukannya ?

Yang sudah punya masalah aja bingung, ... justru ini yang nggak punya masalah disuruh cari masalah. Inilah kehidupan. Untuk menjadi maju, kita harus terus mencari masalah, menghadapinya, maju, dan menyelesaikannya. Janganlah kita mundur dari sebuah masalah. Masalah datang menghampiri kita untuk diselesaikan. Apabila kita masih diijinkan untuk menghadapi masalah, itu artinya kita dipersiapkan untuk menjadi seorang tentara yang siap berperang menghadapi musuh yang lebih besar lagi di kemudian hari. Percayalah... dan berusahalah untuk tetap maju.