Tuesday, June 24, 2008

Perubahan = resiko

Improvement & Revolution mengandung makna yang sama dalam kamus perubahan. Namun, kata improvement lebih menekankan bagaimana sebuah perubahan itu naik secara perlahan-lahan menuju sebuah tingkatan. Sedangkan revolution mengarah pada sebuah perubahan yang meloncat dari suatu titik ke titik yang jauh lebih tinggi atau bahkan jauh lebih rendah.

Sebuah mobil, akan memiliki akselerasi yang lebih bagus ketika telah dipakai lebih dari 5.000 km. Ketika kita merawat dengan baik, maka mobil tersebut akan tetap memiliki kemampuan bergerak sesuai yang diharapkan. Tetapi, di lain sisi, mobil tersebut mengalami penurunan kualitas, karena aus, gesekan, pengikisan, dsb. Untuk menjaga agar mobil dapat dipakai lebih lama, maka perawatan intensif sangat dibutuhkan. Atau, perlu pemberian nutrisi bahkan hingga penggantian spare part untuk menjaga kualitas pergerakan mobil tersebut.

Nah, bagaimana caranya merawat mobil dengan intensif ? Bagaimana menentukan pelumasnya ? Bagaimana menentukan spare-part yang tepat ?
Untuk meningkatkan akselerasi kendaraan, maka kita perlu merubah pelumas yang biasa kita pakai dengan pelumas yang lain. Untuk meningkatkan kualitas kendaraan, kita perlu mengganti spare part yang ada dengan spare part baru. Artinya, kita perlu menyiapkan perubahan terhadap mobil kita untuk menjadi lebih baik di kemudian hari.

Sama dengan halnya diri kita. Ketika kita sudah capek, sudah kelelahan, sudah tidak bisa menentukan arah hidup kita lagi, kita perlu memperbarui "pelumas" kita, atau mungkin kita perlu mengganti "spare-part" diri kita. Apa pelumas dan spare-part dari diri kita ? Tidak lain adalah input yang masuk dalam mulut dan pikiran kita. Apa yang masuk sebagai makanan dan apa yang masuk sebagai ilmu akan memperbaharui diri kita lebih baik di masa yang akan datang.

Tentunya, pembaharuan itu akan mengandung resiko yang tidak bisa dipastikan. Biasanya makan burger, sekarang jadi makan nasi. Biasanya selalu belajar marketing, sekarang belajar manajemen operasi. Nah, hal ini yang bisa menambah kualitas kita, namun mengandung resiko yang tidak bisa dihitung hasilnya di kemudian hari. Apakah akan berbeda hasilnya ketika kita makan burger sebelumnya, dan sekarang harus makan nasi? Apakah berbeda kalau dulu jurusan saya sebelumnya adalah marketing, dan saat ini harus mengambil manajemen operasi ?

Perubahan = resiko. Artinya, kemampuan kita untuk melihat apa yang harus kita rubah, akan menentukan masa depan kita. Semakin tinggi resiko yang kita ambil, maka revolusi akan bisa terjadi. Tetapi, semakin kecil resiko yang kita ambil, maka improvement'lah yang akan terjadi. Janganlah sembarangan berubah. Karena, kita sebagai manusia selalu menyesal terlambat. :)

Thursday, June 19, 2008

Ketaatan = Kejujuran

Harian Kompas online, 20 Juni 2008, meliput tentang kerendahan tingkat kepatuhan para pejabat kejaksaan. ("Laporan Kekayaan : Kepatuhan Pejabat Kejaksaan Rendah"). Hal ini terlihat dari rutinitas pelaporan harta kekayaan kepada KPK yang masih rendah. Dan, tingkat kepatuhan tersebut dinilai kurang dari 70%. Padahal, pelaporan ini dibutuhkan sebagai salah satu cara mencegah praktik korupsi.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/20/00203492/kepatuhan.pejabat.kejaksaan.rendah

Ikan busuk dari kepala. Tentu kita sering mendengar kata-kata ini. Berita ini juga memberi sekelumit eses negatif kepada masyarakat, dan sekali lagi masyarakat kurang percaya pada pemimpin karena kualitas kepatuhan yang dipertanyakan. Toh, tidak ada ruginya melaporkan kekayaan yang memang didapatkan secara halal.

Apabila tingkat kepatuhan tidak dapat meningkat dari angka tersebut, maka sepertinya kejujuran para pejabat pun juga perlu diragukan. Dan, hal ini menjadi sebuah PR yang berat bagi kita semua sebagai masyarakat Indonesia.

Meskipun kita bukan pejabat, bukan pemimpin besar, bukan orang terkenal, tetapi kita masih bisa berbuat sesuatu yang benar. Perubahan dalam diri kita akan memberi dampak bagi sekeliling kita. Apabila ada orang lain yang berbuat tidak benar, kita tidak perlu meniru untuk menjadi mereka. Ada baiknya, kita sebagai pribadi yang percaya pada Tuhan, tetap memegang teguh bahwa sebuah kepatuhan yang benar akan menghasilkan kejujuran di masa datang.

Monday, June 16, 2008

Gado-gado pake wortel - berbeda itu wajar

Apakah anda pernah melihat masakan Gado-gado mengandung wortel di dalamnya ?

Saya ketawa geli ketika ada seorang teman yang sedang makan gado-gado, kemudian dia berkata seraya bertanya kepada si koki "Gado-gado'nya mantap banget. Cuma sayang, ga ada wortelnya." Beberapa orang yang mendengar, termasuk saya, tertawa mengejek teman kami yang mengatakan bahwa gado-gadonya tidak mengandung wortel.

Setelah kami tertawa-tawa, ternyata ada beberapa teman lain yang nyeplos "Lo, gado-gado di Jogja dan Solo itu pakai wortel juga". Dan, beberapa teman yang asal Jogja dan Solo juga membenarkan pernyataan tersebut.

Seringkali, dalam kehidupan kita, kita akan menertawakan hal-hal yang berbeda dari apa yang biasanya. Karena kita telah terbiasa hidup dengan cara A, maka kita akan menertawakan orang yang hidup dengan cara B. Karena kita terbiasa makan dengan cara A, maka kita akan menertawakan orang yang makan dengan cara B.

Berbeda itu adalah hal yang wajar. Apabila kita menemukan sisi yang berbeda dari rekan kita, sudah selayaknya kita mencari tahu lebih dalam lagi sebelum kita menghakimi dengan menertawakannya. Tetapi, manusia seringkali terlebih dahulu menertawakan daripada mencari tahu terlebih dahulu.

Gado-gado pakai wortel tersedia juga di Indonesia. Jadi, jangan menertawakan orang lain sebelum kita mengetahui kebenarannya.

Thursday, June 12, 2008

Tidak membantu = membantu ?

Hari ini saya terpojokkan dengan sebuah situasi yang sangat tidak menyenangkan. Saya dianggap sebagai orang jahat, karena tidak mau membantu teman saya dalam mengerjakan thesisnya pada saat-saat menjelang sidangnya.

Saya tidak tahu apakah definisi membantu yang dia pikirkan. (maklum, beda kebudayaan menyebabkan beda persepsi). Tetapi, reaksi dia hari ini menunjukkan sikap yang sungguh tidak menyenangkan dan menyalahkan saya sebagai akibat kegagalannya dalam ujian sidang thesis hari ini. Setiap kali bertemu dengan saya, perkataannya hanya satu. "I have a big problem".

Saya kembali bertanya kepada diri saya sendiri. Apakah saya bersalah dalam hal ini? Apakah saya harus bertanggung jawab atas kegagalannya ? Sebenarnya, ide yang dia kembangkan saat ini adalah ide yang telah saya kembangkan. Karena dia tidak pernah terlibat dalam diskusi pembahasan topik tersebut, akhirnya saya sendiri yang mengerti segala sesuatunya tentang topik tersebut. Pada beberapa waktu ini, saya juga disibukkan dengan berbagai tugas yang diberikan ke saya oleh beberapa professor sekaligus (bukan hanya 1, tetapi beberapa professor). Dan, saya merasa bahwa saya perlu konsentrasi terhadap tugas saya, sehingga saya membiarkan dia untuk mengerti dengan usahanya sendiri agar bisa lulus dari sidang thesis.

Setelah merenung cukup lama, meski saya tidak bermaksud demikian, tetapi saya dapat mengasumsikan bahwa saya telah membantu dia dengan tidak memberikan bantuan. Apa maksudnya ?

Kalau saya berpikir positif, artinya saya memberi kesempatan bagi dia untuk belajar mandiri. Dengan tidak membantu dia saat ini, artinya saya membantu dia untuk berusaha sendiri dengan usaha dan kemampuannya sendiri.

Dalam kehidupan ini, tidak selamanya kita bisa hadir untuk membantu orang lain. Ada saatnya kita perlu untuk berkata "tidak". Segala sesuatu itu ada saatnya. Sama seperti berkat yang diberikan Tuhan kepada kita. Tidak selamanya berkat itu datang pada saat yang kita menginginkannya, tetapi berkat itu datang pada saat kita membutuhkannya. Dan, berkat itu tidak selamanya seperti yang kita minta, tetapi berkat itu akan datang seperti yang kita butuhkan.

Saya bersyukur bahwa saya masih bisa membagi berkat di tengah kegalauan saya saat ini. Dan, biarlah pengalaman ini bisa menjadi sebuah cerita positif bagi setiap anda, yang pada saat ini juga mengalami hal yang sama dengan saya; dibenci, dimusuhi, dikucilkan karena tidak memberi bantuan seperti yang diinginkan orang lain. Tidak selamanya perihal memberi bantuan = membantu orang lain. Tidak membantu orang lain, itu juga membantu orang lain tersebut menjadi lebih dewasa.

Tuesday, June 10, 2008

Perubahan besar dan perubahan kecil

Manusia selalu berusaha untuk meraih sesuatu dengan instan, dengan cepat, tanpa biaya, langsung tanpa harus menunggu, dan lain sebagainya. Intinya, perubahan yang cepat, baik dan menguntungkan... itulah yang selalu diharapkan setiap orang.

Pertanyaan berikutnya: Siapa yang tidak ingin kaya mendadak ? Siapa yang tidak ingin sukses mendadak ? Siapa yang tidak ingin pintar mendadak ? Sepertinya, pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan yang akan dijawab "YA, saya mau" oleh kebanyakan orang. Tetapi, kita lupa bahwa dibalik sebuah perubahan, ada makna yang tersembunyi.

Manusia lupa dengan apa yang dinamakan "proses". Proses dibutuhkan agar hasil perubahan yang terjadi tidak berlangsung sejenak, tetapi kekal. Proses dibutuhkan agar kenikmatan hasil dari perubahan dapat dirasakan selamanya.

Dari tahun lalu, saya selalu berusaha membaca journal dengan cepat. 1 hari target membaca sebuah journal ataupun conference paper untuk kemajuan penelitian saya. Setiap hari saya selalu tekun membaca topik2 yang berkaitan dengan penelitian saya. Saya selalu berharap, minggu depannya saya bisa menemukan sebuah topik baru untuk saya tulis sebagai hasil penelitian. Begitu pula minggu depannya, saya selalu berharap ada hasil penelitian dari apa yang telah saya baca. Saya berharap ada perubahan besar yang terjadi dengan membaca sebuah atau 2 buah journal. Tetapi, apa yang saya hasilkan ? Selama 1 tahun (lebih dari 20 hasil penelitian), saya cuma belajar hal dasar yang telah dikembangkan selama 1 dekade terakhir. Saya hanya BELAJAR, tanpa hasil apapun juga.

Awalnya, saya kecewa dengan keadaan saya. Saya kok cuma bisa belajar, saya kok cuma bisa membaca journal tanpa implementasi dari apa yang saya pelajari. Ternyata, apa yang saya pikirkan semuanya akhirnya berbeda. Saya mendapat sebuah hikmat baru dari apa yang telah saya pelajari.

2 orang teman saya sedang mengerjakan thesis untuk kelulusan mereka. Dalam satu minggu ini, mereka sering ke tempat saya untuk menanyakan topik yang sedang mereka kerjakan. Ternyata, professor menghendaki semua orang di lab melakukan penelitian sesuai topik yang saya pelajari. Dan, hanya saya yang mendalami ilmu tersebut. Sehingga, semua orang - mau tidak mau - harus bertanya kepada saya untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat.

Saya baru merasakan bahwa apa yang saya pelajari selama 1 tahun sedang berbuah saat ini. Saya selalu merasa bahwa apa yang telah saya pelajari masih belum berguna. Ternyata, dalam minggu2 ini saya semakin mendapat ide untuk implementasi, dikarenakan ide-ide dari paper-paper hasil penelitian yang saya baca akhirnya diterapkan di thesis 2 teman saya tersebut. Ilmu saya semakin terasah dan saya menemukan jalan kembali untuk implementasi.

Apakah Anda pernah mengeluh seperti saya ? Apakah anda pernah mengalami sebuah proses panjang, dimana saudara tidak merasakan bahwa hidup Anda sedang berbuah ? Buahnya tidak bisa diprediksi, kapan akan dimakan, kapan akan dirasakan. Tetapi, ketika kita setia dalam hal yang diserahkan kepada kita.. ketika kita setia dalam perubahan kecil, maka sebuah hasil dari perubahan itu akan menanti kita di kemudian hari. Dan, perubahan kecil justru hasilnya lebih dahsyat daripada sebuah perubahan besar. Apakah anda percaya hal ini ?

Monday, June 9, 2008

Berubah - awalnya nggak enak tapi akhirnya bisa jadi enak

Pernahkah kita merasa bahwa melakukan sesuatu hal yang baru adalah sesuatu yang tidak menyenangkan ? Pernahkah kita berusaha menghindar untuk melakukan sesuatu hal yang tidak biasa kita lakukan, karena hal tersebut masih baru ?

Hampir satu tahun saya menggunakan kertas A4 dengan berat 80 gram. Di lab saya, mau print apa aja .. silakan. Pakailah kertas sebanyak yang kamu mau untuk kepentingan research. Tiba2, harga barang2 di Korea meningkat seiring dengan pengaruh kenaikan harga minyak dunia. Begitu pula harga kertas. Dan, hal ini mengakibatkan adanya efisiensi di beberapa sektor, seperti penghematan kertas.

Ternyata, bukan jumlah kertas'nya yang dihemat, tetapi ukuran kertasnya yang disesuaikan. Saat ini, lab kami menggunakan kertas A4 dengan berat 75 gram. Sepertinya sih tidak jauh beda. Tetapi, pada saat awal perubahan, terasa sekali bahwa kertas 75 gram itu sangat tipis, karena bisa terlihat tembus pandang ke belakang (karena sinar di lab saya terang sekali). Pada hari yang sama, saya mencari tumpukkan kertas ukuran 80gram yang tersisa di gudang, tapi ternyata tidak ada sisa lagi. Semua telah tergantikan dengan kertas 75 gram.

Mulailah hari2 saya dengan menggunakan kertas A4 - 75 gram, yang serasa tipis sekali - dibandingkan kertas 80 gram. Saya merasa tidak nyaman dengan kertas ukuran baru ini. Tetapi, tidak ada pilihan lain. Begitulah saya menggunakan kertas ini selama kurang lebih 2 bulan lebih.

Ternyata, hingga saat ini, saya sudah tidak merasakan tipisnya kertas itu. Saya justru berpikir bahwa kertas ini seperti kertas A4 80 gram. Tidak berbeda jauh dengan yg 80 gram.

Seringkali kita melihat sebuah perubahan dengan membandingkan yang dulu dengan yang baru. Dan, seringkali kita melihat bahwa kondisi yang dulu itu menyenangkan dan enak, sehingga hal itu membuat kita mengeluh dengan kondisi yang baru. Marilah kita belajar bersyukur dengan apa yang kita dapatkan. Perubahan belum tentu menghasilkan sesuatu yang buruk. Dengan berjalannya waktu, perubahan akan menjadi sebuah kebiasaan yang akhirnya dapat kita nikmati sebagai sebuah berkat Tuhan yang unik dari kehidupan kita sebelumnya. Sudahkah kita bersyukur atas perubahan yang telah kita alami dalam hidup ini?

Thursday, June 5, 2008

The best slide design ???

Ketika melihat presentasi2 dari mahasiswa maupun dosen Korea, saya cukup tercengang dengan gambar dan desain yang ditampilkan. Mereka cukup rajin dan berusaha membuat tampilan semenarik mungkin. Isi bisa sama dengan pemikiran kita, tetapi desain dan tampilan berbeda. Dan, tampilan yang mereka buat benar2 membuat orang terkesima dan terkagum2.

Salah satu contoh design presentasi yang dibuat teman lab saya adalah seperti gambar berikut ini.


Beberapa orang yang melihat desain ini berdecak kagum seraya iri dan bertanya.. bagaimana mereka mempersiapkan desain seperti itu ?

Susah sekali untuk menyiapkan slide presentasi seperti gambar di atas. Butuh waktu dan ketelitian pada saat membuatnya. Tetapi, itulah yang diperhatikan oleh orang-orang Korea, khususnya mereka yang menawarkan globalisasi. Kalau tidak percaya, coba cari slide orang Korea yang dipergunakan untuk acara internasional. Mayoritas (tidak semuanya) pasti akan menggunakan konsep desain yang menarik dan memukau serta membuat kita berdecak kagum.

Hal ini berkaitan juga dengan kepemimpinan. Bukan hanya masalah hati, skill, inner heart yang harus diperhatikan seorang pemimpin. Tetapi, masalah penampilan, out-looking juga menjadi sebuah hal yang perlu menjadi perhatian. Bagaimana kita berpenampilan menarik di depan orang untuk menunjukkan kharisma kepemimpinan kita.

Menarik, bukan berarti harus tampil dengan gaya mewah, menggunakan pakaian berkerah dan dasi serta jas setiap hari. Menarik artinya, rapi, tidak awut-awutan, dan masih sedap dipandang oleh orang lain. Kepemimpinan bukan saja berasal dari dalam diri kita, tetapi juga berasal dari apa yang dilihat orang dari penampilan kita. Slide presentasi orang Korea telah membuktikannya......

Wednesday, June 4, 2008

Ada yang maju dan ada yang tidak maju di negara maju

Setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Ketika kita mengoptimalkan dan mengembangkan kelebihan kita, maka kita akan berhasil. Namun, ketika kita terlena dengan kelemahan kita, maka kita akan semakin terperosok.

Beberapa bangsa maju melihat diri mereka sebagai bangsa yang memiliki kelebihan di tengah kekurangan mereka. Dan, sebagai orang yang melihat negeri tersebut dari luar, maka selalu terlihat kelebihannya daripada kelemahannya. Benarkah demikian ?

Mari kita lihat beberapa kejadian berikut ini.
http://uk.youtube.com/watch?v=fJuNgBkloFE
Video ini menggambarkan bagaimana keadaan di sebuah negara maju yang masih memiliki kelemahan (meski tidak semua orang seperti yang diwawancarai)

Kejadian yang lainnya. Ketika saya bepergian ke Jepang dan akan kembali ke Korea, ada orang Jepang yang bersama-sama dalam satu pesawat. Sepertinya orang ini baru pertama kali naik pesawat. Apa yang terjadi ? Dia menyalakan HP pada saat pesawat tinggal landas. Dan, dia melakukan panggilan telepon pada saat pesawat mengudara. Ternyata, di sebuah negara maju masih ada orang yang 'katrok'.

Bagaimana pada waktu di Korea? Ketika saya naik subway, banyak orang Korea yang masih bertanya bagaimana cara naik subway. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap saya orang Korea dan bertanya kepada saya "Bagaimana caranya beli tiket subway? Kalau mau ke tempat A, harus naik line yang mana? dsb. dll. "..... saya bisa kategorikan hal ini sebagai katrok juga.

Beberapa hal diatas menunjukkan bahwa di tengah kemajuan sebuah bangsa, masih ada orang-orang yang tertinggal. Dan, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.

Negara2 di atas termasuk dalam negara maju, namun masih bisa ditemukan beberapa kelemahan di dalamnya. Tetapi, apakah hal itu membuat dunia menyangsikan tentang kemajuan bangsa itu ? Apakah mereka memperhitungkan kelemahan bangsa itu ?

Tentu saja tidak, bukan ? Negara tersebut masih tetap dianggap maju karena faktor-faktor yang lainnya, seperti perhitungan pertumbuhan ekonomi, perhitungan GDP nasional, dll. Dan, orang-orang yang melakukan perubahan dahsyat adalah orang-orang yang memang berniat untuk maju dan tahu terlebih dahulu daripada orang-orang lainnya.

Bukan berarti orang-orang yang tidak maju adalah orang-orang yang tetap pada posisinya dan tidak mau maju. Lingkungan sekitar mereka membuat mereka akhirnya maju dengan sendirinya. Dan, sedikit demi sedikit... orang-orang yang tidak maju akan menjadi maju karena lingkungan yang membentuk mereka untuk maju.

Siapa yang membentuk lingkungan tersebut ? Tidak lain dan tidak bukan adalah seorang manusia. Seorang manusia, yang tahu terlebih dahulu, yang belajar lebih dahulu, yang punya pengaruh, yang mengerti ttg kehidupan terlebih dahulu... memberi pengaruh sehingga efek pengetahuan dia menjadi sebuah pengaruh besar bagi negara dan menyebabkan orang-orang lain untuk - mau tidak mau - harus maju atau dikatakan sebagai orang bodoh karena tidak mau maju.

Oleh karena itu, jangan meremehkan diri anda ketika anda hidup. Kelemahan yang anda miliki saat ini bukan berarti kelemahan yang akan anda miliki di masa depan. Kelemahan itu akan berubah menjadi kekuatan seiring dengan berjalannya waktu dengan menyesuaikan keadaan lingkungan dimana kita tinggal. Kelemahan itu akan berubah menjadi sebuah kekuatan yang mampu mendorong orang lain untuk beranjak dari kelemahan mereka dan menemukan kekuatan mereka.

Orang-orang pada contoh di atas adalah orang-orang yang bisa dikatakan 'bodoh'. Tetapi, karena pengaruh lingkungan yang mengatakan bahwa negara tersebut sangat pandai dan maju, maka mau tidak mau mereka harus bergerak maju.

Mari kita atasi kelemahan kita. Tidak selamanya kita akan terkungkung oleh kelemahan kita. Memiliki kelemahan adalah hal yang wajar dan tidak perlu sedih berkelanjutan akibat kelemahan kita saat ini. Mari maju bersama-sama. Bersama kita bisa ... (wah, jadi kayak kampanye.. hehehe).

Monday, June 2, 2008

Speed....

Hari ini saya mendapat sebuah cerita dari seorang teman (dari Vietnam) yang suka dengan olahraga Sepak bola. Minggu lalu, teman2 dari Vietnam mendapat kesempatan bertanding dengan salah satu tim sepak bola teman2 Korea di sebuah kampus negeri di daerah Busan.

Dia berkata bahwa Korea memang sangat cepat. Memang tidak salah kalau Korea punya kata "pali-pali". Salah satu hal yang membuat dia terkagum-kagum adalah ketika dia mau memperebutkan bola. Dia berada kurang lebih 5 meter dari bola. Dan, seorang lawan berada lebih jauh dari bola (di belakang teman saya). Dia adalah orang yang paling dekat dengan bola pada saat itu. Otomatis, dia akan datang menghampiri bola tersebut.

Dia lari untuk mengambil bola tersebut. Tetapi, ketika dia berjarak hampir 1 meter dari bola, tiba-tiba dia telah tersalip oleh orang Korea yang berada di belakangnya. Dan, orang Korea itu berhasil mengambil bola tersebut.

ck ck ck..... begitulah decak kagum dia ketika orang Korea tsb berhasil merebut bola. Saya tidak menanyakan hasil terakhirnya, yang pasti pertandingan dimenangkan oleh teman2 Korea.

Teman saya mengatakan bahwa kecepatan itulah kunci dari sebuah permainan / olahraga. Kalau orang sudah bisa menguasai kecepatan, selanjutnya orang tersebut tinggal belajar kontrol dari permainan atau olahraga yang dimaksud.

Kebudayaan Korea yang begitu mendasar (pali-pali .. yang artinya adalah cepat-cepat) membuat mereka sangat cepat dalam segala bidang. Alhasil, bukan saja dalam hal sepakbola yang dialami teman saya, tetapi juga dalam berbagai aspek seperti pertumbuhan ekonomi tercepat sedunia (OECD record, source: wikipedia.org), pertumbuhan GDP per kapita tercepat sedunia, dan masih banyak prestasi lainnya yang diakui dunia karena faktor kecepatan.

Tidak selamanya faktor kecepatan itu menentukan pemenang sebuah pertandingan/kompetisi/ atau kontes apapun juga. Tetapi, kecepatan adalah salah satu faktor yang bisa membuat orang lain cukup gentar untuk menghadapi lawannya.

Semoga terinspirasi dengan faktor "kecepatan" yang selalu menjadi dasar kebudayaan orang Korea saat ini.